27 Agu 2012

Chicago Bulls 1990-91 NBA Champions


Masih ingat waktu Michael Jordan dan Chicago Bulls merebut juara NBA musim 1990-91? Tak lama yaitu pada musim 1991-92, Sam Smith seorang wartawan olahraga meluncurkan buku Jordan Rules yang menceritakan perjuangan berat tim ini merebut cincin juara. Isi buku ini cukup mengagetkan karena membuka fakta yang tidak pernah terungkap di balik ruang ganti pemain dan lapangan basket.
General Manager Bulls saat itu, Jerry Krause menganggap isi buku ini fiksi belaka. Michael Jordan juga mengelak fakta buku ini dalam wawancara dengan majalah Playboy. Yang menarik dari isi buku ini tidak saja menguak isi perut Chicago Bulls tapi juga kehidupan pebasket dan NBA dari bagian yang jarang kita tahu.
Berikut para pelaku dan roster Chicago Bulls 1990-91 beserta latar singkat:
1. Michael Jordan (guard/forward). Dianggap sebagai pebasket dan olahragawan terbaik yang pernah lahir. Dilengkapi dengan kemampuan bermain basket menyerang dan bertahan dan atletik yang mumpuni serta keinginan ingin menang yang sangat kuat. Sebelum juara dianggap sebagai pemain individu terbaik bukan pemain tim. Dalam hal gaji, Jordan adalah pemain bergaji tertinggi di klub tetapi tidak dalam NBA. Sebelum juara, Jordan menganggap pemain timnya tidak punya kemampuan atau determinasi kuat hingga ia sering berdebat dengan pelatih atau terutama GM-nya Jerry Krause dalam hal mendapatkan pebasket handal. Jordan juga pernah berseteru dengan pemain setimnya yang dianggap tidak kompeten seperti Bill Cartwright dan Will Perdue. Ia juga tidak merasa cocok dengan gaya triangle offense karena dianggap memangkas jumlah tembakan buatnya karena harus dibagi dengan pemain lain. Jordan tidak cocok bermain dengan point guard bertipe pengatur serangan seperti Kevin Johnson atau Jason Kidd dan Steve Nash saat ini. Jika timnya kalah, Jordan pasti menyalahkan sistem atau pemain setimnya, dimana hal ini disesali mereka. Jordan suka main judi tetapi sering menolak membayar jika kalah. Walau terkenal berlidah tajam, Jordan mudah tersentuh jika melihat anak kecil.
2. Bill Cartwright (center). Pemain veteran seangkatan Magic Johnson dan Larry Bird. Pada awal karirnya di New York Knicks adalah pemain berpotensi besar namun mudah cedera hingga diledek sebagai "Bill Idle" dan "Medical Bill". Bukan center yang hebat dalam statistik basket tetapi ditakuti karena siku tangannya saat bermain basket sering mencederai pemain lawan. Pada awalnya, Jordan tidak menyukai Cartwright karena teman karib Jordan, Charles Oakley ditukar untuk mendapatkan Cartwright. Oleh Phil Jackson, Cartwright diposisikan sebagai kapten kedua setelah Jordan karena hal pengalaman dan senioritas. Cartwrigh juga seorang pengamat yang baik.
3. Scottie Pippen (forward/guard). Pemain ini menciptakan posisi baru: point forward, small forward dengan kemampuan olah bola yang cukup baik. Perekrutan Pippen dianggap sebagai salah satu faktor yang membuat Bulls menjadi tim yang disegani. Pematangan dirinya sebagai pebasket handal akhirnya mengantar Bulls pada tangga juara NBA. Pippen berasal dari keluarga miskin, bungsu dari 12 bersaudara. Kematian ayahnya dan kemiskinan membuat Pippen merasa tidak aman. Pippen ketiban sial pada waktu rookie karena menandatangani kontrak yang ternyata terlalu murah dan berjangka panjang. Saat rekan setimnya bisa memperbarui kontrak dan mendapat gaji lebih tinggi, Pippen harus puas mendapat bayaran rendah. Ia beberapa kali menuntut pembaruan kontrak namun manajemen Bulls cukup tangguh sehingga Pippen merasa dipermainkan. Teman baiknya di Bulls adalah Horace Grant. Kelemahannya sebagai pemain adalah outside shooting yang tidak terlalu bagus.
4. John Paxson (guard). Pemain kulit putih tidak selincah pemain lain untuk posisi point guard namun memiliki tembakan 3 angka yang mematikan. Paxson adalah satu-satunya pemain guard yang dapat bertahan bermain di samping Jordan karena tidak terlalu menuntut bola. Dahulu sudah ada 6 point guard dipasang bersama Jordan, semua gagal dan dijual ke klab lain. Seperti Pippen, Paxson adalah pemain inti dengan gaji yang rendah. Paxson jenglkel karena ia lebih sering terkena foul ketimbang Jordan.
5. Horace Grant (power forward). Direkrut bersamaan dengan Pippen, mereka diproyeksikan sebagai forward masa depan Bulls. Awalnya dianggap terlalu kurus namun melalui kerja keras, Grant berhasil menjadi forward andalan Bulls. Grant sering berseteru dengan Jordan. Jordan menganggap Grant tidak kompeten. Grant menganggap Jordan terlalu rakus mengemas angka. Seperti pemain setim lain, ia berharap bisa mencetak angka lebih banyak. Grant merupakan pemain tercepat dalam tim. Kelemaham Grant adalah penglihatannya. Ia harus menggunakan kacamata khusus agar dapat bermain baik.
6. BJ Armstrong (guard). Seperti Paxson, Armstrong memiliki sentuhan tembakan 3 angka yang baik. Sebagai pencetak angka, ia cukup baik namun untuk bertahan tidak demikian. Ketika akan bergabung dengan Bulls, Armstrong sudah diperingatkan banyak orang termasuk Isiah Thomas bahwa bermain dengan Jordan tidak baik untuknya. Jordan sering menuntut Jackson untuk menarik Armstrong ke bangku cadangan karena tidak mampu menjaga pemain lawan.
7. Stacey King (forward/center). Direkrut untuk melapis Grant atau Cartwright. Sedikit sombong dan digaji lebih tinggi ketimbang pemain inti seperti Pippen dan Paxson. Fisik King dianggap kurang baik karena kegendutan. King cukup baik dalam mencetak angka namun buruk dalam melakukan rebound. Para pelatih pernah dibuatnya terheran-heran karena pernah dalam 3 pertandingan King hanya mendapat 1 defensive rebound. Jordan sering meledek King. Jackson meminta Krause untuk menjual King ke klab lain namun Krause merasa King harus sering dimainkan agar laku.
8. Will Perdue (center). Awalnya dipersiapkan sebagai pengganti Cartwright namun mengecewakan. Diledek Jordan "Will Vanderbilt" karena asal sekolahnya dan "Will Walton" karena awalnya dianggap dapat menyamai legenda NBA Bill Walton. Pernah dihajar Jordan dalam satu latihan. Walau demikian, Perdue berusaha cukup keras dalam latihannya.
9. Craig Hodges (guard). Satu lagi pemain dengan kemampuan menembak 3 angka yang cukup baik. Hodges merupakan satu-satunya pemain muslim di Bulls. Ia sering berdebat agama dengan Paxson. Hodges juga tidak sepakat dengan Jordan, Pippen dan Grant dalam hal perang Irak. Hodges pernah berseteru tidak langsung dengan Jordan dalam petisi uang pensiun bagi pemain NBA.
10. Cliff Levingston (forward). Pemain pindahan dari Atlanta Hawks. Levingston awalnya didatangkan untuk membawa ketangguhan untuk Bulls dalam menghadapi Detroit Pistons. Levingston nantinya berperan besar di babak final melawan LA Lakers. Levingston berharap banyak ia akan digaji mahal (ia sendiri dalam masalah hutang besar), namun ia harus menerima gaji jauh di bawah harapannya.
11. Scott Williams (forward/center). Pemain ini direkrut untuk mengakomodasi Jordan yang menginginkan pemain yang berasal satu alma mater. Awalnya di tingkat mahasiswa, Williams adalah pebasket berbakat. Namun tragedi keluarga (ayahnya menembak mati ibunya dan bunuh diri) merusak kemampuannya. Di tim sebenarnya ia jauh lebih baik daripada Stacey King sehingga sering dimainkan.
12. Dennis Hopson (guard). Pemain pindahan dari New Jersey Nets. Hopson didatangkan sebagai guard besar untuk melapis Jordan dan menghadapi Detroit Pistons. Hopson tidak bermain baik seperti yang diharapkan. Setelah Bulls menyingkirkan Pistons, ia menangis sedih karena selama melawan Pistons di final wilayah, Hopson tidak dimainkan sama sekali hingga ia merasa bukan bagian tim. Hopson menyesali keputusannya meninggalkan Nets.
13. Phil Jackson (pelatih). Jackson pernah merasakan 2 kali juara NBA bersama New York Knicks di bawah pelatih Red Holzman. Jackson lahir dari keluarga pendeta Pantekosta. Seperti anak muda era 60-70an, Jackson menjadi flower child dan tertarik pada kehidupan suku Indian. Sebagai pemain dan pelatih, Jackson meyakini kerjasama tim dan pemain bintang harus dapat membuat rekan setimnya lebih bagus. Dalam mengatur timnya, Jackson menggunakan pendekatan psikologis.
14. John Bach (asisten pelatih). Mantan perwira AL dan teman dekat dari pelatih legendaris Bob Knight.
15. Tex Winter (asisten pelatih). Konseptor dari triangle offense. Winter berteman baik dengan Krause dan sangat dihargai hingga Krause bersumpah tidak akan memecat Winter selama ia menjabat GM.
16. Jerry Reinsdorf (pemilik klab). Reinsdorf adalah pebisinis real estate yang cukup sukses dan handal. Banyak pemain dan agen meremehkan kemampuan negosiasinya. Taktik negosiasi yang dijalankan adalah membiarkan Krause membuat berang agen dan pemain dalam negosiasi gaji, barulah Reinsdorf masuk dengan menaikkan tawarannya untuk menenangkan agen dan pemain. Sudah barang tentu si agen dan pemain kalah.
17. Jerry Krause (general manager). Krause adalah mantan pencari bakat. Sebagai GM, Krause dibenci banyak pihak. Oleh para pemain timnya, Krause dibenci kareena selalu memberi tawaran gaji yang rendah. Oleh para eksekutif klab lain, Krause dibenci karena selalu memberi tawaran yang tidak menguntungkan. Jackson tahu bahwa salah satu hal yang menyatukan pemain timnya adalah kebencian mereka terhadap Krause. Jordan meledek Krause "Crumbs" karena Krause selalu terlihat dengan remahan donat.
Fakta unik seputar Chicago Bulls dan NBA saat itu 1990-91:
1. Pebasket NBA bisa dibilang sebagai pekerja shift malam. Malam kerja atau bersenang-senang hingga pagi barulah siang istirahat.
2. Para pebasket yang sudah berkeluarga merasa berat meninggalkan keluarga atau sebaliknya, jika harus bertandang ke klab lawan.
3. Perhatikan nomor baju para wasit NBA. Ada semacam aturan aneh. Jika dijumlahkan < 80, pertandingan berjalan adil. Jumlah 80-120, ada sedikit kepincangan. Di atas 120, beritahu pemain untuk melakukan foul sepuasnya.
4. Tekanan udara dalam bola menentukan gaya permainan tim. Magic Johnson menyukai bola dengan tekanan tinggi karena memudahkan ia melakukan fast break.
5. Intimidasi tidak saja dari penonton tim kandang dengan poster atau teriakan mereka. Stadion lawan juga merupakan ancaman tim tamu. Contoh: Boston Celtics selalu memanaskan pemanas ruangan di ruang ganti tim lawan lebih dari normal. Lampu di tempat tim lawan menembak lebih redup di kandang Washington Bullets (kini Wizards).
6. Di Bulls, ada 2 pemain yang dianggap tidak dapat dijual: Michael Jordan dan Scottie Pippen
Di Bulls, jika ada pemain mencoba bicara macam-macam tentang Jordan, bisa dipastikan ia nantinya dijual.
Sekian dulu tentang Jordan Rules

Tidak ada komentar:

Posting Komentar